Makam Raja-Raja Kotawaringin

Pendauluan
Kerajaan Kotawaringin is een islamitische organisatie met een bevolking van Kalimantan Tengah Provinsie penang abad ke 17 M hingga midi abad ke 20 M. Sejak terhapusnya kerajaan tersebut untuk kemudia -kotanya. Kabupa-ten Kotawaringin Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat dengan kota Pontianak sebagai inn-kotanya. Jadi bekas Kerajaan Kotawaringin is in ujung Barat Provinsi Kalimantan Tengah dengan Palangka Raya sebagai Ibu-kotanya gelegen.

Kerajaan Kotawaringin ligt in het centrum van Kotawaringin. Pada awal-awal abt 19 pusat kerayaan ke kota Pangkalan Bun yang languk e tepi sungai Arut, tidak jauh dari metupanan sungai Arut dengan sungai Lamandau. Pertemuan ke dua sungai itu tulak tidak jauh dari muara sungai Laman¬dau, sehaga dapat kiwata pusat kerayaan makin kepanai pantai, yaitu pantai Laut Jawa. Hal ini me¬mang perlumengingat kelankaran kulanan perdagang¬an. Sejak kepindahan pusat kerajaan tersebut, Kotawa-ringin lebih bekani sebagai Kotawaringin Lama sebagai Ibu-kota Kecamatan. Namun sisa-sisa sebagai bekas pu¬sat kerayaan masih tampak juga pada kota tersebut.

Peta sejarah van dalam buku prof. dr. Dr. Slamet Mulyana bergud "Negarakertagama- (1979 M) tercantum Kota-waringin sebagai kota nga tepi muara sungai Lamandau. Hal ini sosaian dengan peta sejarah tersebut nga atas.

Tiga data tersebut, tempat resikan, sungai en teluk¬nya, merupakan kuat kuat tentang locali Kota-waringin. Keterangan Gusti Dumai lebih langjut menye ¬ butkan bahwa nga kwasaan tersebut masih tuwaan sisa ¬ sisa pauratan batu bata yang tsinya merupakan sisa-sisa bunganan pada masa kulayana Kotawaringin. Buku "Sulu" 'Sejarah Kalimantan "(Amir Hasan Kiai Bondan, 1925-1953, Banjarmasin) antara lain natsak:" Sejarah Banjar menjatan sekitar tahun 1628 M VOC kotawaringin sebaglamuntanpudanpudanpupdanp Bad. kepudan kepudan kepudan kepudan kepudan kepudan kepudan kepalan sejarahnya kota pehabuhan dan taraganan yang berpotensi itu harus makaikaut korban-nasib yang merajalesebaman teresabir-nasib yang merajalajabales ebamine merajalajabales

Rupanya kota kerajaan Kotawaringin sempat terpunahkan, namunketenaran namanya mashat terselamatkan sebagai nama pusat kerajaan Islam yang establiga oleh Keluarga Kerajaan Banjar pada masa-masa gebermandah Sultan Ke IV Mustainubillah. Namun ke giatan bajak-laut wat bliuk te masih belum reda, maka lokisi pusat Kerajaan Kotawaringin ke hulu sungai Lamandau. Seletah keganatan bajak-laut reda, sultan Kotawaringin Ke IX ke pusat kerajaan¬nya ke arah hilir kepanita pantai Laut Jawa. Namun tepian tersebut tidak memilikan tepian sungai Lamandau, tapai tepian sungai Arut yang merupakan cabang sungai Lamandau. Die Pusat kerayaan yang kemudi mebutan Pangkalan Bun itu languah e kepag hulu dari set Sungai Lamandau en Sungai Arut. De locatiekeuze is kort, maar hoewel het dicht bij pantai Laut Jawa ligt, lijkt het masih tidak parsat dari rasa tidak aman oleh kansas niruduan bajak-laut te zijn. Lamandaau en Arut zongen gezongen liederen ten tijde van het lied van Lamandau in Laut Jawa, terwijl Kota Pangkalan Bun bij het lied zong en bij het lied zong.

Kata Bun dalam nama kota Pangkalan Bun belamanda dari nama dengankan kolasi dari suku Dayak yang tiap hari rasabu hasil hutan en lokasi Pangkalan Bun. De naam is "Bu'un". Itulah kisah dari ceritera tradisimengai asal mula nama kota Pangkalan Bun yang belaman dari istalah "Pangkalan si Bu'un".

achtergrond geschiedenis
Sejarah Kerajaan Banjar yang wilayahnya kini mendiya wilayah Propinsi Kalimantan Selatan, antara lain natakah bahwa Kerajaan Kotawaringin tengidi atas prakarsa Sultan Banjar Ke IV yang bergelar Mustaineubillah. Regeert tussen 1650 AD en 1678 AD

Het Banjar-koninkrijk werd in de 16e eeuw gesticht door Pangeran Samodra. Sebagai sultan pertama adalah pangeran samodra sendiri dengan gelar sultan surian-syah. Menurut ceitera tradisi, beliau adalah berukenu raja-raja sebelum yang masih kekkum agama Hindu-Boedha. Hikayat Lambung Mangkuratmengkisahan adanya Kerajaan Negara Dipa en Kemudia Negara Daha. Nama "Daha" kort maar mayk sekali tidak persat dari nama Kerajaan Jawa Timur "Daha" (Kediri). Zoals de relatie tussen Jawa en Kalimantan, zoals de relatie tussen Java en Bali, een bloedbad is (abt ke XI en ke XII), een bloedbad in Kalimantan dat bekend staat als Tanjungpura. Pada masa itu adalah masa kulanaya Kediri van Jawa Timur dengan Kerajaan Daha en Kahuripannya.

Sisa-sisa bunganun yang kita tuputu kawasan ini, antara lain bunganun percandian, tenunya adalah sisa-sisa dari jaman itu. Kawasan tersebut die deksel hindas pula tentang masa kulayan daerah tersebut pada jaman dit kasamut antara lain noma tempat Margasari esan. De Kitab "Negarakertagama" zegt een paar beknopte nama daerah kwasaan maar yang merupakan daerah takluk Majapahit-ek. Dikisahan pula bahwa Pangeran Samodra berudara Keturunan Raja Majapahit. Kisah ini betapapun sarimanikan sempuram bahwa pangeran samodra masih beranada keranat kerabat raja Majapahit. Setidak-tidaknya sejak masa Kediri, dalam sekitar abt ke XI, sudah tukta rupalan antara Jawa dan Kalimantan.

Ketika timbu tupanganan dalam masalaam taktsana takhtah, Pangeran Samodra pertama bantuan dari Kerajaan Demak. Bantoean kort maar siyaat syaat kesedian Pangeran Samodra kekkal agama Islam. Tun-toetan tersebut di, penuhi oleh Pangeran Samodra yang juga kemidan mendati nama dengan nama Surian-syah. Menengai reluhanan antara Jawa dan Kalimantan, khusini perihal Kerajaan Kotawaringin ini tidak ter¬ungpak en buku-buku sejarah gyumtuna. Sejauh ini hanya buku "Suluh Sejarah Kalimantan" (Amir Hasan Kiai Bondan, 1925-1953, Banjarmasin) yangmengungkapkan hal-ihwal Kalimantan, vooral Kalimantan Selat¬an. Iाई एतु दिविया Iapangan banyak अध्यारिकान है।

a. Istilaman bahasa Jawa banyak diyukana dalam langupa selangi-hari Kalimantan Selatan, misalanya "nonton banyu" yang artinya "melihat air";
b. Seorang kerabat kerajaan Kotawaringin dapat melagu¬kan tembang atau lagu "Ilir-ilir" (Bahasa Jawa) yang menurut tepungennya dipopulerkan oleh Kyai Gede, orang Jawa yang sesamum tokoh Kerajaan Kotawaringin;
C. Pertunjukan wayang-kulit merupakan salah satu gigangan yang digelar dalam suatu pesta keluarga.

Dit is de relatie tussen Java en Kalimantan Selatan. Gedarat tokoh Khotib Dayan eta Kyai Gede dalam geberanganan Kerajaan Banjar eta Kotawaringin merupakan fakta tentang persahan antara ke dua daerah tersebut.

Hij onthulde dat Kerajaan Dema werkte voor Sultan Suriansyah. Namun perihal Raja Demak masih perlu perdumani, Raja Demak yang mana yang menya Sultan Suriansyah tot naik takhta. Sejarah Demakmengunkapkan tentang kegiat an yang done oleh Sultan Trenggana um Ratu Kalinyamat, antara lain mengirim bantuan kenegaranegara yang mereka rasa perlu dibantu. Jadi is binnen handbereik, Sultan Trenggana en Ratu Kalinyamat yang sama Sultan Suriansyah.

Maka Suriansyah (ketika itu belum menjabat Sultan) mengat kembali ke Negara Daha dengan desertai Demak vloot. Ikut serta pula ulama yang belaman dari. Demak bernama Khatib Dayan yang kelak akan mendampingi Suriansyah sebagai penasehat Raja en sekaligus sebagai pemangar agama Islam pertama van kawasan Kalimantan Selatan. Als je Khatib Dayan berdampingan dengan makam Rajanya, yaitu Sultan Suriansyah, adalah sebagai onamungan raja tebagan gurunya het gesing bent. Die ekspedisie tersebutmenghasilkan pelagianan naga ladank Demak yang berarti pula sebagai pelagianan Suriansyah en langsung naik takhta sebagai Sultan Banjar yang pertama.

Sejak geberangan Suriansyah Kerajaan Banjar sudah harusmenghadapi Koloniaal Belanda yang pada awal abad ke 17 sudah mulai kepanaan Indonesië langah harusmenghadapi saksaat Portugees yang lebih dahulu mema¬suki tanah ayir kita Indonesië. Dengan Rye daya dan upaya kerayaan banjar keratuyah samakan eksisteninya selama sekitar 2 '/2 abt. Dalam dago seperti itu, terpaksa pusat kerayaan kepanan-pindah tern pat yang remangana na sekitar kwasaan Banjarmasin-Martapura. Situatie tersebutmengakibatkan makam-makam Raja Banjar beserta kerabatnya harus elaheda-pisah. Se¬perti pula kerajaan-kerajaan lain dii Indonesia ini, staikit demi sedekit ladank Belanda koloniale merudah merongrong kedaulatan Kerajaan Banjar voor een aantal van hen wilayah pudangan Banjar. Dengan megham wi¬layah pudangan Indonesië Belanda doen gambuk. Melayu surat besutan yang belakanya sendiri tertang¬gal 11 juni 1860, Belanda kedaulatan kedaulatan Keraja¬an Banjar. Maka seludu seluhi wilayah Indonesia di kuasainya, Belanda mekua wilayah pujaganya ter ¬sebut onder de naam "Nederlandsch Indie" of "Hindia Belanda". Satu tahun sebelum, 25 juni 1859, Belanda menrankan Sultan Banjar Ke XIII Tarnjidillah II (Sul¬tan terhirah) dari takhtanya en Mengasingkannya ke Jakarta. Sekitar dua tahun kemudian dari kedaulatan kedaulatan Kerajaan Banjar melalui surat besutunnya tersebut, 1862 M, Belanda tutila mepalumikan perlawanan kerabat Kasultanan Banjar berserta para pe¬ngikutnya P yangeranday. Belanda mandahu angapan Pangeran Hidayat en mengasing¬kannya ke Cianjur. Sementara itu kerabat yang lain, Pangeran Antasari, wafat karena sakit en tempat per ¬sebunyannya.

Kerajaan Banjar werd geboren in Kerajaan Banjar, waar hij woonde in Kerajaan Kotawaringin. Sesuai dengan sejarahnya, maka perihal Kerajaan Kotawaringin (1680-1948 n.Chr.), akan diuraikan dalamperiode 3:

- Periode I (Perzische Mis)
-Massa Kyai Gede (- 1680)
- II. Kotawaringin periode (mist 1680 - 1811 AD)
-III. periode (Mass Pangkalan Bun 1811 - 1948 AD)

Kawasan yang kan zowel sociaal als economisch zijn, zowel sociaal als economisch. Penduduknya yang belum banyak itu hidup berggroep-groep saling berjauh¬an sagang tepi sungai .. Mereka gyumuntu pencumbuk hasil hutan atau sungai, staikit sekali yang bertani atau berdagang. Buminya yang luas itu sebagian besar ditum ¬buhi hutan lebat dengan sungai-sungai yang berjeram. Hingga sekaran wurdspeling hantering bumi Kalimantan masih jauh dari tuntas. Dunia tradangan merupakan keganitaan yang lebih yang yang yang mga tampak nga kota Pangkalan Bun yang kini menjadi Ibu-kota Kabu-paten Kotawaringin Barat. Adanya kota Pangkalan Bun itu wurdspel baru pada awal abad ke XIX yang sebelah spel purapa hutan.

Situasi qawanan yang masih jauh kematangan ter ¬sebut ini sê perlu untuk dipupulacan terebih dahulu. Voorbereidingen voor de voorbereiding van Sultan Mustainubillah, \ Sultan Banjar Ke IV (1650-1678 AD), melimpahkan perkayaan kepada seorang tokoh yang temanu telah benjak benar-benar oleh Sultan tersebut. Toaih bondige adalah Kyai Gede, seorartg tokoh belohaan dari Jawa yang taksindari dari Demak seperti haloya Khatib Dayan, Ulama manpanang Sultan Stiriatisyah Namun rupanya Kyai Gede bukan hanya seorang ulama, tewantapi jugao se. Terwijl Khatib. Dayan benar benar hanya seorang ulem.

Sejak awal gebermangan Ayah Sultan Mustaineubillah, yaitu Sultan Hidayatullah (1641-1650 M), tahun 1641 Madalah tahun yang terhihi bagi Kerajaan Banjar kan worden toegevoegd aan Kerajaan Mataram. Saat itu Keraja-an Mataram dalam geberanganan Sultan Agung dengan masa geberangannya antara 1613-1645 M. Hal itu memberi hindana bahwa hegemoni Demak atas Banjar kejadana oleh Kerajaan Mataram. Jadi masa pemerintahan Sultan Mustaineubillah, Banjar sudah terbebas dari obdanamengantar upeti ke Mataram.

Rupanya Sultan Mustainubillah tidak hendak menyimpang dari princeip Kerajaan Banjar bahwa agama Islam menjadi dasar kerajaan. Dit is een concept ontworpen door Kyai Gede om u te helpen Kerajaan Kotawaringin te leren gebruiken. Sayang sekali bahwa angka tahun tahun tahun tugas tugas tesebut tidak cadatin. Het is heel belangrijk om te zeggen dat het sociale, zelfs sociale politiek is. Tugas kort maar gangani merupakan batu ujian bagi Kyai Gede sebagai abdinegara, utamali tingkat kepekananya. Sejarah smak bahwa Kyai Gede bukah hanya seorang ulama, tepai juga seorangnegarawan. Makay Kyai Gede yah elaheda dari complex makam kerabat kerayat justunt makam menatan masyarakat lebih dari makam raja-rajanya. Makamnya yang sedera terlindung bunganan sedera pula, namun tampak rapi dan bersih alkerak makam itu sendiri sudah beru sekitar hampir tiga abt. Hal ini memberi pula pula bahwa kyai ged juga seorang tokoh masyarakat yang moltamadan dan dihormati khalayak. Walau mahima, sampai akhir hayatnya kyai ged tetap menjabat sebagai orang ke dua neftut raja. Ia menjabat Mangkubumi sejak dari Sultan pertama hingga wafatnya pada masa geberandan Sultan Ke II. Sayang sekali, angka tahun kesejarahan kyai ged tidak tuwatan.

Bila Mengeng acer-ancer angka tahun gebermangan Sultan Ke IV tersebut, yaitu 1650-1678 M, dapat diper¬kirakan tahun 1655 M sebagai tahun awal Kyai Gede voert de Kotawaringin taskasnya uit. Sesuai dengan tugas yang dibebankan Sultan Mustainubillah sebagai raja dari kerayaan yang berasan ke-Islam-an, pertama¬tama yang kikanan kyai ged selaku seorang ulama adalah kekejaan akaran Islam. Setelah sekabawa waktu lamanya menesuri sungai Lamandau ke arah hulu sampai en tempat yang huni sekukolup suku Dayak. Pimpinan kulupus tersebut adalah Demung Tujuh Bersaudara yang merupakan pimpinan sekara kolektiv. Se¬telah medulah kelansari bergabara probleem dangan me¬reka, uiteindelijk besluit Kyai Gede te proberen de tijd in te stellen om Tanjung te zijn. Pangkalan Batu. Maka langkah pertama yang kyai ged lakukan adalah langkah agama Islam.

Dalam bagana agama Islam tersebut, Kyai Gede harus harus nadadaan bahwa tidak seluh masyarakat di tempat it namana akaran Islam. De meest populaire namen in de groep zijn "Nyaga", terwijl de belangrijkste in het woordenboek staan ​​(arah "darat") van de tijd dat awal de taal van het lied is. Maka groep yang ke dua tersebut mebutan groep "Dayak Darat" tot tetap meegang ipsuman teh yangmengandung unsur-unsur hindoe dengan ke- "Majapahit" -annya dit.

Volgende, Kyai Gedemengembangka tugasnya sosaian dengan yang mishwankan Sultan Musttainubillah kepada¬nya. Dan Kyai Gede, kemudia hari menjadi pusat kerayaan en dan mekuta is gemaakt door tejam uit Kotawaringin. Sambil menanti pe-ngangkatan raja, Kyai Gede voier selaku pligte uit, pesinan daerah dengan persesor tradisi localis yaitu mengantar upeti ke Kerajaan Banjar. Menurut katatan, Jajar Melahui adalah pesinan rombongan pc-ngantar upeti dari rakyat Dayak lokasi en sekitar¬nya tuk Raja Banjar sebelum kejalan Kerajaan Kotawaringin.

Dalam masa-masa inanana, pasaya dengan tugasnya selaku kekebuksi agama Islam, Kyai Gede masjid yang hingga kini masiga juga sebagai sebagai "Masjid Kyai Gede". Palembang betekent "Gending Suro", "Dipati Ganding" en "Dipatinggendeng" ("Dipating-gending") istalah. Istilah "Gending Suro" tiada lain adalah tokoh sejaharah lokas Ki Gede Ing Suro yang menrankan raja-raja Palembang. Maka terminale "Dipati Ganding" en "Dipatinggendeng" dapat diper¬kirakan "Dipati Gede Ing" yang artinya "Dipati Gede Di" yang tsinya dapat dapat dengan nama tempat ("Dipati Gede Ing ...). Terminah" Dipatinggendeng "lebih de / Jawa Dari dialek "Dipati Ganding" Dari mataatan tersebut dapat taksamat bahwa maxud istahlan tersebut adalah "Kyai Gede".

Sebagai benjabikan agama Islam, Kyai Gede sedungi memiliki satu sedinan yaitu erwaksi masji. Maka peinsian moskee is gerichttidak tereja jauh dari tahun 1660 M, dengan katatan perkiran Kyai Gede men-n-tidal tugasnya di Kotawaringin sekitar tahun 1655 M. Bangunan moskee tersebut tersebut deluruhnyangaanbai) "ukel". Duabelas tiang sekitar tiang utama polos namun diberi benuk eta lebih artistiek dari duapuluh tiang sekitar tiang duabelas tersebut. Maka tiang dua puluh ini merupakan deretan tepiko tiang. Dengan tigam tigapuluh enam tiang berderet dalam tiga deret de¬ngan empat tiang utama yang terukir indah di tenerh / pusat. Dan is die volgende een arah tepi, deretan tiang dua belas tanpa ukir nam namun bakat dalam benuk yang indah dan endikli deret anguilla tepi adalah tiang duapuluh dalam benuk anguilla sedera. Dengan mahima tersusun deretan tiang secara teratur.

Tiga deret tiang yang tersusun dalam denuk segi-empat itu mendungan tiga atap mesjid yang tersusun dari atas ke bawah dengan atap yang njala atas bertangu piramide berpuncak. Ang នា ន្រ្រ្រ្រ្រ្រ yang di¬beri nama penistinya, Kyai Gede-moskee, bertuğan arsitektur yang-gitaar-traditionele moskee-gitaar-moskee, Indonesische moskee-moskee (traditioneel). Dengan namanya it, masjid ini gabali merupakan monument tokoh Kyai Gede sebagai seorang ulelet peletak dasar yang kokoh voor kejadunginya Kerajaan Kotawaringin. Het bleek dat Kerajaan Kotawaringin sempat hidup selama hampir tiga abt (1680-1948 AD).

Dengan persensi en kepataniyanya kepada raja itu, dalam geberangan Kerajaan Kotawaringin, Kyai Gede menarima atausangan en perkayaan zimeni japatan Mangkubumi. Sampai wafatnya, Kyai Gede sempat melangan Japan tersebut hingga dalam pemerin-tahan Sultan Kotawaringin yang Ke 11.

Deze catana betekent "voor zover de 1656 M Sultan baru dari Kotawaringin mengirim utusan ke Jakarta". Yang nadusad Sultan baru dari Kotawaringin nga sini tenunya adalah Kyai Gede yang waktu itu seingang tebuatan kerajan Kotawaringin atas initiasi Sultan Banjar Ke IV Mustaineubillah. Karena Mustainubillah naik takhta pada tahun 1650, maka dapat tahunan kyai ged mulai taksana tugasânya antara tahun 1650-1656 M. Maka semanta dapat tahun tahun 1653 adalah tahun permulaadean. Selaiut¬nya peran tokoh Kyai Gede dalam tugasnya tegaknya tegaknya Kerajaan Kotawaringin dapat ilukuri sebagai sebagai prestatie:

1. Kyai Gede adalah tokoh belaman dari Demak sebagaimana Khotib Dayan manpanang Sultan Pertama Banjar Suriansyah. Kyai Gede adalah gelar, nama Kyai Gede niet gevonden. Kyai Gede adalah Gelar Kehormatan voor een masyarakat nga beging gebermandah atau / dan agama. Roepies voor Kyai Gede zijn in dua-duyanya. Jawa-k, Kyai sering disingkat medjani Ki, en Gede diterekaled dalam bahasa halus medjani Ageng. Namun akhiliyy gelar tersebut sejak sari waktu akhir-akhir ini tidak lazim lagi, yang lazim adalah kyai, it it pun hanya un bahasa agama, islam khusuna.

2. Jabatan Mangkubumi dalam geberandan, semanatan itu gelarnya terabadikan pada mesjid yang begins¬nya untuk rakyat rakyat, sekke peran Kyai Gede dalam Kerajaan Kotawaringin. Pada tahun 1680 M Sultan Banjar meresmikan salah seorang puteranya, Pangeran Dipati Antakasuma, sebagai Raja Kotawaringin yang Ke I. Dengan megili Kyai Gede rungya tugasnya di Kotawaringin selaku perintis sejak sekitar tahun561.

Selama sekitar 27 tahun Kyai Gede rungya tugasnya dengan mulus tanpa tadarihan hal-hal yangmengganggu persangan antara Banjar dengan Kotawa¬ringin, pasamus persang persabi antara Kyai Gede dengan Keluarga Kerajaan Banjar. Peresmian Raja Kotawaringin Ke I dengan Kyai Gede selaku Mangku¬bumi gelanga mulus. Sayang, tahun wafat Kyai Gede belum ditukuri.

Raja Pertama Kotawaringin ini, sasaoi dengan pendam¬pingnya yaitu Kyai Gede, adalah tokoh yang puntaka veketkan diri ke Tuhannya. Hal itu sikkei memang memandiya sedangan Sultan Mustaineubillah, agar Kerajaan Kotawaringin tidak hanya mengutamakan tata ekonomiya ke geberimangannya, tepai lebih dari itu ada¬lah bolsana agama Islam. Dasar yang diwujud-kan dengan dwitunggal Ratu Bagawan - Kyai Gede ter-sebut souai dengan predupulnya yang sempergat pula dwitunggal Suriansyah - Khotib Dayan. Dasar ini stakea terus sehaga Raja Ke VIII yang mengama pada akhir abad ke 18 hingga awal abad ke 19, Pangeran Ratu Anum Kasumayuda, lila pergi ke Danau Gatal dalam rangka pendidikan agama Islam system. Tempat tersebut pesenggrahan yang diman-faatkan tot pesentren pesentren tersebut.

Ratu Bagawan yang dituksi pula sebagai Ratu Kotawa-ringin rupanya memiliki wibawa yang cukup antara Keluarga Kerajaan Banjar-ek. Dit wordt aangetoond door de terpanggilnya van Ratu Kotawaringin ke Banjar etap ada eradat pentang van Banjar. Ketika Raja Banjar Ke V Sultan Inayatullah wafat pada tahun 1685 M, Ratu Kotawaringin dutika hadir di Banjar naar telikari penangutanya through sudah ada seorang kakakanya bergelar Pangeran / Panembahan Di Darat yang tinggal Martap di an. Dengan thekra kewibawaannya se¬laku sesepuh dan penasehat Kerajaan, Ratu Kotawari¬ngin / Bagawan samsut bahwa Pangeran Kasuma Alam, putera Almarhum Ratu Agung (Sultan Banjar Ke V), het ver terseulare vader suljartu0001 (laka) vert. Dalam kekega tugasnya, Ratu Bagawan selalu didampingi manpainingnya, "Dipatingganding" ("Dipati Gede Ing" Kotawaringin of Kyai Gede). ব্র্ত্যাত্তা ব্র্ত্যাত্তা Jam চিক্ট্ত্ত / traditie Sultan Sultam Suriansyah, Bahwa Pergantian Takhta মাত্ত্য্ত্যান্যান্যান্তা ayah. Traditie in de geschiedenis van Kerajaan Kotawaringin is gebaseerd op Raja Kotawaringin Ke XI die teruggaat tot 1867-1904. Vervolgens is de traditie van lama hingga Raja Ke XIII yang seletah wafat sampadakan puteranya sebagai Raja Ke XIV toepassingen. Akhinki Raja Ke XIV inina merupakan Raja Kotawaringin tehirah yang mekke takhta berdasar¬kan Undang-Undang Pemerintah Republik Indonesia.

Een van de belangrijkste dingen in de regering van Ratu Bagawan is wat belangrijk is voor de regering. Kerajaan ini ligt naast West Kerajaan Kotawaringin en Kini Menjadi Wilayah Propinsi Kalimantan Barat. Semula dua kerajaan ini bersahabat oleh permanaya antara putera Raja Sukadana ("Seridewa") die kraft Raja Kotawaringin ("Puteri Gelang"). Namun mubaraniya tersebut berahir divorak. Ketika marbutaniya Raja Kotawaringin meng-hadiahkan "daerah sungai Jelai", yang tulak en per-batasan antara ke dua kerajaan tersebut, kepada mem-pelai, celetah tādītā vaṛiṃ tāsihjanām per-ai stien. Seng keta kort maar terestu karena ladank Sukadana lid tahankan tashyam perubayanan kort ketika ditita kembali oleh ladank Kotawaringin. Sengketa tersebut se¬lesai dengan sendininya pada saat terhapusnya keswa¬prajaan seluh Indonesië (behalwe Jogyakarta) oleh Undang-Undang Republik Indonesia n. 22 mei 1948.

Namun pada masa gebermandah Belanda ("Pemerintah India Belanda"), melalui Surat Kesutsunya tertanggal 15 december 1901 Kontrolir Sampit seksi bahwa daerah sengketa tersebut nga bawah pembangan Indië Belanda. Suretu Kesudu ini diundangkan celetah lewat lehih dari 200 tahun dari persengketaan kort. Demi-kianlah antara lain dear Belanda belanger seluang Indo-nezi dengan belanger daerah demi daerah.

Sayang sekali, akhir hayat Ratu Kotawaringin ini tidak jelas, kasamut letak makam beliau. Diangan ladank me¬nyebutkan tentang Ratu Kotawaringin yang tewas dalam "Perang Pasir" sủa Kerajaan Banjar tanpa me-nyebutkan tempatnya dimana beliau tewas en dimakamkan. Sanhte buku "Hikayat Banjar" hanya me¬nyebutkan tentang wafatnya Sultan Saidillah (Raja Banjar Ke VI) Op een hoogte van 1700 m, vanaf 1700 m, Ratu Kotawaringin. Buku kort maar tidak me-nyebutkan perang Perang Pasir.

Pegunangan gelar "adipati" dalam geberanganan Ke-rajaan Kotawaringin-ek, terinya adalah salah satu penga-ruh dari Jawa yang terbawa oleh Kyai Gede. Rupanya gelar ini mulai diwana oleh Raja Ke I Kotawaringin sebagai Pangeran Adipati Antakasuma en Kyai Gede sendiri sebagai Mangkubumi / mapanang raja menyan-dang gelar Adipati Gede. Bagi Kyai Gede agaknya membawa-bawa nama sendiri adalah suatu pantangan tersen-diri. Dengan gelar adipati wordspeling kekei gelar "ged" yang disandang, bukan namyana sendiri. Istilah "dipatitinggen¬ding" of "dipati gensing", die de populaire istilah nga dalam sejarah Palembang "gending suro" bevat. Pangeran Dipati Antakasuma yang ketika muta¬nya bergelar Pangeran Anum adalah adik Sultan Banjar Ke V Inayatullah (1678-1685 AD) yang sebelum bergelar Pangeran Tuha. Masa itu adalah masa Kerajaan Mataram II (Islam) dalam geberadam Amangkurat II (1677-1703 nC), Cucu Sultan Agung.

Kerajaan Kotawaringin selama merkenganya dari penang akhir abt ke 17 (1680 M) hingga per-tengahan abt ke 20 (1948 M) sempat melikiye tiga istana: Astana Luhur en Gedung Nurhayati en Kota-waringininginke. Sanghe bunganan yang hingga sekaran masih tampak en kennt als Astana Alnursari is gelegen in Kotawaringin Lama adalah rumah pribati Raja Ke XII Pangeran Ratu Paku Sukma Negara. Karena milik raja en didiami raja beserta vir kerabatnya, maka rumah pribdi Alnursari tersebut secara umum juga mekut astana.

Astana Luhur
Bangunan istana ini establiga oleh Raja Ke I Kotawaringin Pangeran Dipati Antakasuma yang merupakan istana pertama kerayaan tersebut. Die Istana tersebut vestig di tempat Kyai Gede mendiari en endelik bermukim bersama suku Dayak loka's yang waktu it bekanas sebagai Tanjung Pangkalan Batu. Nama ini matagal oleh Raja kort maar menjadi Kotawaringin, na-mun dalam berwaja prasasti Kerajaan Islam Kota¬waringin dibetut Kotawaringin. Als je een sektar wilt hebben voor een lid met de naam "Kotawaringin", dan heb je voor de naam Ibu-kotanya met "Kotaringin" geen namen.

Dari bunganan istana ini tidak sisa-sisanya sisa-sisanya, bahanya bahannya dari kayu pehiliana, utamalan kayu besi. Karenanya sulit menjejaki beka Iokasinya. Na¬rnun menurut menut kerabat raja yang kini sudah menengah, Almarhum Gusti Dumai Anas, lokisi istana tersebut tulak sekitar areal edaka Barat makam Kyai Gede.

De naam van Astana Luhur, bekend als pula, is Tiang Ber-ukir. Uit de verkregen informatie, de datum van Astana Luhur, die zich in het gebied van "Rumah Betang" in het centrum van Architectuur bevindt. Rumah betang betekent rumah om te kussen. Rumah orang Dayak memang meningi besar, karena satu rumah hununi sumabu keluarga. Menghuni rumah secara beramai-ramai memang cara khas oang Dayak. Bila sawaktu Sewaktu-waktu secara mendak, menak dapat mendaka diri atau menangkis sawaktu secara beramai-ramai pula. Panggung rumah Dayak meningi tinggi antar lain tuk mempersulit sarangan. Astana Luhur meningi besar karena tempat besidan raja gyumtuna perlu meningi besar tuk berangan facilitas. Secara tehnis, rumah Dayak betekent tidak terei sulit, yang penting me¬merlukan kayu-kayu meningi om tot soen. Sokta mendirikan rumah Dayak relatif lebih cepat. Pada umumnya rumah Dayak berdenah segi-empat panjang dengan atap yang bertangu atap-pelana. Selain voor de hele wereld, voor de hele wereld voor mannen en vrouwen die samen met de yang diketup Pagongan. Dit is een heel mooi artikel over het nummer "gong". Lokasi Pagongan ini tydak jelas lagi, lokasi yang sekaran ini adalah baru. Behalve dat het Raja Ke ik speel Paseban yang tidak jelas play e mana lokasinya. Gewoonlik, Paseban untuk namana tamu / pebaiyanya. Astana Luhur was Raja Ke VI.

2. Nurhayati-gebouw
Dit is de Kotawaringin yang ke dua ini di-bangun oleh Raja Ke VI, Pangeran Panghulu. Angka Tahun geberadannya belum ergirbe. Gedung ini didiami Raja Ke VI sendiri hingga Raja Ke IX. Gedung Nurhayati is een dictator die Gedung Bundar kan spelen om hem te helpen Astana Luhur te krijgen. Setelah didiami enam raja beserta keluar-ganya secara sekuta-turut, bunganan Astana Luhurmengalami prosa kerapuhan walekang bekam dari bahan kayu pelihan. Karennya Pangeran Panghulu, Raja Ke VI tersebut, merasa perlu mendanganya dengan erwaksi Gedung Nurhayati tulak i se-belah hiril Astana Al'Nursari yang kini masih tampak sisa-sisanya danasi Astana tersebut tulak e seburstanah. Sama dengan Astana Luhur, sisa dari Gedung Nurhayati woordspeling tidak tampak keluah hanya sabapi tiang saja, dan tahun pembagunanya woordspeling tidak cintingad. Raja Ke IX (1805-1841 AD) palikanya, jadi yang tinggal di Gedung ter sebut adalah Raja Ke VI Pangeran Panghulu, Raja Ke VII Pangeran Ratu Bagawan, Raja Ke VIII Pangeran Ratu Anum Kasumayuda eta yang terakandin IXtu Panghulu). Sementara itu Raja Ke VIII yang masa kecilnya dikanas sebagai Gusti Mussadam lebih sering tinggal di pesanggrah¬annya di Danau Gatal, tidak jauh sedaka hulu Kota-waringin. Op het moment van de bijeenkomst, de menyelenggarakan pendidikan agama Islam untuk kerabat raja dan umum di samping beliau sendiri geungami agama Islam.

3. Lawang Agung
Pangeran Ratu Imanuddin (1805-1841 M) is de laatste bewoner van Gedung Nurhayati en selama tinggal di Gedung kortom, maar hij bouwt istana yang ke tiga di Pangkalan Bun. Istana tersebut mulai dibangun pada tahun 1809 dan selesi pada tahun 1811 M. Sejak tahun tersebut pusat kerajaan oorgeplaas van Kotawaringin na Pangkalan Bun dan bekas pusat kerajaan neamd Kotawaringin Lama.

Lettertype:
Subdibyo Yuwono, dkk., 1996/1997, Makam Raja-Raja Kotawaringin, Jakarta, Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan en Kebudayaan

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak