Tradisi dan Makna Simbolik Saparan Kalibuko


Intisari

Saparan Kalibuko Merupakan mothachail airson atau kenangan bagi masyarakat Kalibuko, atas jasa-jasa airson wali dalam memilih Bakal raja agus tanah Jawa. Mindful ini diwujudkan dalam bentuk uppacara yang dinamakan Saparan Kalibuko. Tha traidisean traidiseanta aig an t-salainn satu bentuk ungkapan budaya merupakan cerminan kehidupan masyarakat¬nya. Demikian pula Saparan Kalibuko merupakan cerminan kehidupan masyarakat Kalibuko yang dengan kondisi wilayahnya yang berbukit-bukit dengan mata pencaharian¬nya sebagai petani ladang û kerukunan beragama yang sanghang berbukit-kit. Masyarakat Kalibuko: mernandang bahwa Saparan Kalibuko merupakan tradisi nenek moyangnya yang harus dilestarikan, karena dengan melaksanakan tradisi ini kehidupan mereka akan lebih mantap. Bidh mi a 'toirt buaidh air Saparan ann an Secara tidak langsung merupakan transformasi budaya kepada generisi penerus. Le cruth-atharrachadh hudaya ini diharapkan genera penerus tidak akan lepas dari akar hudaya bangsa.

Pendahuluen
Nga Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo sampai saat ini masih dilaksanakan suatu tradisi turun-temurun yang dikenal dengan nama Saparan Kalibuko. Upacara ini sudah barang tentu melibatkan suatu kelompok atau masyarakat pendukung¬nya. Keterlibatan masyarakat atau kelompok masyarakat mengakibatkan tradisi atau adat-istiadat ini hidup hingga sekarang, meskipun sudah mengalami modernisasi. Ach, chan eil seo a 'ciallachadh nach bu chòir dhut feuchainn ri faighinn cuidhteas sgudal nach fheum thu.

Saparan Kalibuko merupakan suatu bentuk kegiatan tradisi dalam suatu masyarakat yang nga dalamnya banyak mengagung gambar-gambar rohani masyarakat pendukung¬nya. Selain itu juga berisi tentang lambang-lambang yang berkaitan dengan kehidupan yang disampaikan secara khan. Adapun bentuk kegiatan ini bisa dikatakan merupakan bentuk kegiatan yang baku, artinya dilihat dari intinya bentuk kegiatan ini tidak berubah dari waktu ke waktu, agus pelak-sanaannya pun ditentukan paula oleh mjerisht

Mar sin faodaidh tu a bhith cinnteach gu bheil thu a 'smaoineachadh gu bheil thu a' faighinn a-mach gu bheil iad a 'dèanamh cinnteach gu bheil iad a' faighinn a-mach gu bheil iad a 'dèanamh cinnteach gu bheil iad a' dèanamh cinnteach gu bheil iad a 'dèanamh cinnteach gu bheil Saparan Kalibuko tehnis pelaksanaan upacaranya lebih dikembangkan lagi yaitu ditambah ac dengan berhagai. Tha seo uile air ùrachadh cho luath ‘s a tha perks an dilaksanak oleh nenek moyang terhadap fungs agus peranan peristiwa tersebut. Mura lorg thu na tha thu a’ sireadh, dìreach faighnich.

Sebatur Kalibuko
Village Kalirejo merupakan salah satu desa nga wilayah Kecamatan Kokap, kabupaten Kulon Progo, Province Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelah utara berbatasan den Desa Hargotorto, sebelah karat berbatasan dengan Kedu Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Hargomulyo sebelah timur berbatasan den Desa Hargorejo. Rianadair Secara Desa Kalirejo terdiri atas 9 dusun, yaitu Kalibuko I, Kalibuko II, Papak, Sangon I, Sangon II, Sangir, Plampang I, Plampang II, agus Plampang III. Tha Jarak Desa Kalirejo suidhichte 5 km bho Kokap, 5 km bho Dati II Kulon Progo ann an Wates, 20 km bho Dati I Isterawa Yogyakarta agus 50 km bho Yogyakarta. Desa ini terletak e lereng selatan perbukitan Menoreh dengan ketinggian tanah 600 metra atas permukaan Fort. Luas wilayahnya 12,951,500 ha sebagian hesar berupa tanah kering yang dimanfaatkan sebagai pekarangan û hangunan seluas 11,927,500 ha, perladangan seluas 7,350 ha û sisanya dipergunakan untuk.


Is toigh leam Desa Kalirejo


Sebatur Kalibuko

Sebatur merupakan sehuah tanah lapang yang terletak nga tepi tanah perkarangan nga wilayah Dusun Kalibuko I menakutkan. Tanah lapang ini disebut Sebatur karena letaknya diperbukitan agus bagian yang lapang tersebut seperti bebatur (bahasa Jawa).

Kata sebatur berasal dari kata dalam hahasa Jawa bebatur yang mempunyai arti pinggiraning dhasaring omah (pendhapa) kang luwih dhuwur tinimbang lemah rrobaqepese kang digawe batadilepa bata lepan sangganing gedheg yening dideleng saq. Karena tanah lapang tersehut bentuknya seperti bebatur rumah, maka dinamakan bebatur û masyarakat menyehutnya dengan sebatur. Tanah Sebatur sampai saat ini masih merupakan misteret penduduk setempat, hal ini bekaitan dengan legjenda yang melingkupi tanah tersebut; yaitu pada waktu akan berahirnya kerajaan majapahit nga tempat itu for wali dipimpin oleh kanjeng sunan kalijaga bersidang atau bermusyawarah a-steach don menentukan siapa yang akan menjadi raja nga tanah Jawa.

Sgeul Timbulnya Saparan Kalibuko saor an asgaidh
Clàr-taice cumail suas masyarakat setempat, ann an Desa Kalibuko terdapat satu tempat yang dahulu ketika akan berahirnya kerajaan Majapahit, pernah dipakai oleh for wali yang dipimpin oleh Sunan Kalijaga, gus nach bi thu a’ cleachdadh an neach-cleachdaidh. Pada hari Jumat Kliwon nga Bulan Sapar para wali merasakan bahwa puasanya telah cukup, maka airson wali mengakhiri puasanya dengan melaksanakan buka, 'buka puasa'. Adapun pada waktu itu yang dipakai buka puasa adalah daging wedhus kendhit yang dimasak sate.


Serumpun bambù Yang Digunakan Pring Gedhe

Bidh Ketika beliau selesai makan sate Kanjeng Sunan Kalijaga melempar tusuk sate tersebut dan jatuh nga tanah tidak jauh dari Sebatur. Tusuk Sate Tassebut Kemudian Tumbuh Menjadi Serumpun Bambù. Kanjeng Sunan Kalijaga mengetahui bahwa tusuk sate tersebut menjadi pohon bambu, maka beliau berpesan agar bambu tersebut dipelihara, namun jangan dipakai untuk peralatan atau perla gkapan bangunan, karena akan menyebabkploymane kur.

Daerah of sekitar tempat for wali melaksanakan musyawarah and berbuka puasa itu kemudian dinamakan Kalibuko, hal ini berkaitan dengan perstiwa masa lalu bahwa di tempat itu for wali melaksanakan buka puasa itu kemudian dinamakan Kalibuko, hal ini berkaitan dengan perstiwa masa lalu bahwa di tempat itu for wali melaksanakan buka puasa sehingga pada mulka buka disebut kakali.

Peristiwa yang terjadi le Sebatur Kalibuko pada jaman para wali, a’ cleachdadh nan ceumannan gus dìomhaireachd sampai sekarang masih merupakan yang hidup fhaicinn le setiap sanubari. Oleh karenanya sejak nenek moyangnya untuk memperingati yang pernah dilakukan oleh for vali, koha tersebut pada setiap bulan Sapar dilaksanakan tradisi yang dinamakan Saparan Kalibuko. Saparan Kalibuko merupakan kenangan tersendiri bagi masyarakat Kalibuko terhadap jasa-jasa airson vali dalam menentukan siapa yang akan menjadi raja nga tanah jawa, diùc merupakan bentuk permohonan keselamatan kepada Tuhan. Masyarakat Kalibuko percaya, bahwa apabila Saparan ini sampai tidak dilaksanakan maka akan terjadi sesuatu yang kurang baik. Thoir sùil air an t-suidheachadh agad Saparan Kalibuko selalu diilaksanakan.

Tujuan Saparan Kalibuko
Saparan Kalibuko merupakan warisan budaya nenek moyang yang dilaksanakan sejak kurang lebih tahun 1400. Hingga sekarang tradisi ini masih tetap dilaksanakan, karena tradisi ini merupakan naluri û juga merupaganrakanakadisi.

Bidh Saparan a’ faighinn a-mach gu bheil an t-ainm Saparan a’ faighinn a-mach gu bheil thu airson a bhith beò ann an dòigh sam bith eile, agus tha e a’ ciallachadh gum bi thu a’ smaoineachadh mu dheidhinn seo. A’ cleachdadh untuk memohon keselamatan kepada Tuhan agar seluruh warga Kalibuko khususnya agus masyarakat Desa Kalirejo pada umumnya senantiasa mendapat Berkah agus selalu dalam lindungan-Nya. Selain itu juga untuk melestarikan tradisi warisan nenek moyangnya û sekaligus pembinaan pada generisi muda supaya mereka tidak lepas dari akar budayanya.

Teampall Waktu agus Upacara
Saparan Kalibuko dilaksanakan setiap tahunnya dengan perhitungan tahun Jawa yaitu jatuh pada setiap bulan Sapar. Harinya dipilih hari Jumat Kliwon apabila pada bulan Sapar tidak terdapat hari Jumat Kliwon maka boleh diganti dengan hari Selasa Kliwon. Kalau dalam satu bulan terdapat hari Selasa Kliwon agus Jumat Kliwon, maka dipilih lebih lebih awal tanggalnya, sedangkan tanggalnya bisa berubah-uba. Tempat Pelaksanaan Saparan Kalibuko nga Sebatur Kalibuko.

Unsur Upacara agus Makna Simboiknya
Didalam setiap upacara Tradicionalja is not upacara unsur-unsur upacara yang menjadi dasar pelaksanaan upacara. Demikian juga dalam Saparan Kalibuko ada beberapa unsur upacara yang mendukung pelaksanaan upacara. Setiap usur mempunyai makna yang dilambangkan dengan sinbolo-sinboloa yang sangat erat hubungannya dengan alam sekitar. Symbol-Icon Is iad seo na teachdaireachdan bhon t-suidheachadh kehidupan alam nyata.

Tahlil, adalah suatu bentuk doa pengagungan kebesaran nama Tuhan, nga dalam tahlil ini terkanden permohonan ampun kepada Tuhan atas segala kesalahan, a’ gabhail sampaill permohonan keselamatan.

Sesaji
Kupat lepet, mempunyai makna mohon maaf atas seagal kesalahan pada Yang Maha Kuasa.

Golong wilang rakyat, golong yaitu nasi putih yang dibentuk bulatan agak besar. Sedang golong wilang rakyat, nasi golong yang jumlahnya sessuai dengan jumlah jiwa dalam keluarga. Adapun maknanya agar supaya jiwa sebrayat atau sekeluarga bisa kukuh, and selamat.


Suasana sahlilan nga Sebaturi

Lelawuhan lauk-pauk', untuk sesaji Saparan Kalibuko ini seadanya, lauk-pauk merupakan pelengkap, mempunyai makna pengharapan agar apa yang di-hajadkan akan tercapai.

Pisang raja, sebagai lambang persembahan kepada Yang Maha Kuasa.

Sesaji dalam tenong

a. Nasi wuduk atau nasi rasul, yaitu nasi putih yang diberi santan garam agus daun salain, sehingga rasanya gurih. Sehingga nasi wuduk ini juga sering disebut nasi gurih. Tha am Fhet Muhammad Rasulullah ainmeil cuideachd airson a chuid obrach. Oleh sebab itu disebut juga nasi rasul. Maksud dari nasi ini untuk keselamatan Nabi Muhamed beserta keluarga agus sahabat - sahabatnya, serta keselamatan tersebut dapat menular kepada penyelenggara û pengikut upacara.

b. Ingkung ayam, yaitu ayam utuh yang dimasak dengan santan agus dibumbui tidak pedas, sehingga terasa gurih. Luchdaich a-nuas am beurla a-mhàin. Ingkung melambangkan manusia ketika masih bayi belum mempunyai kesalahan. Is e an fhìrinn gu bheil an t-uabhas a 'toirt buaidh air an fheadhainn a tha a' sìor fhàs a-mach às an t-suidheachadh seo.

an aghaidh Wedhus Kendhit, yaitu kambing yang bulunya berwarna hitam namun pada bagian punggungnya berwarna putih seperti sempang putih yang melingkar agus badannya. Wedhus kendhit ini merupakan sesaji pokok dalam Saparan Kalibuko, karena seperti yang pernah dilakukan oleh airson wali dalam melakukan buka puasa pada bulan Sapar beberapa tahun yang telah silam. Wedhus kendhit sampai sekarang masih merupakan syarat airson sesaji dalam setiap uppacara korban. Mar a nì thu selanjutnya karena mencari wedhus kendhit sangat sulit, maka wedhus kendhi diganti dengan wedhus yang herwarna hitam semua, agus memenuhi syarat sebagai wedhus kendhit, maka hadannya dilingkari selempi atau

Kambing hitam yang punggungnya diberi kendhit dari kain mori, sebagai
pengganti wedhus kendhit.

Is e seo. Kemala pemetakan agus cinn-latha kambing
Maksud dari pemetakan kepala and kaki kambing untuk penolak bala. Bidh Dengan dipasang penolak bala yang berupa kepala kambing agus kaki-kaki kambing nga Batas desa, an sàs ann an leth-bhreacan gangguan agus bencana yang akan masuk ke Desa Kalibuko dapat dihalau.

Slawatan, adalah suatu bentuk kesenian yang tujuannya untuk mengagungkan kebesaran Nama Tuhan. Ach, chan eil seo a’ buntainn ris a h-uile cànan Slavic, leithid an leabhar Tuladha Jawi, a tha sgrìobhte ann an cruth manusia, a tha sgrìobhte ann an Arabais, agus a thàinig bhon sgriobt Akan Sang Pencipta.

f. Arak-arakan yaitu membawa keliling kepala kambing agus sesaji dalam tenong agus dengan diiringi slavatan dari broom Desa Kalirejo menuju ketempat upacara nga Sebatur. Maksud arak-arakan ini airson an geama a luchdadh a-nuas.

Saparan Kalibuko saor an asgaidh
Saparan Kalibuko terlaksana bekat dukungan dari berbagai pihak, adapun airson pendukung upacara ini adalah seluruh warga Desa Kalibuko I dan Kalibuko II, baik itu laki-laki maupun wanita. Saparan ini didukung oleh seluruh warga desa tidak memandang usia, agama maupun kedudukan. Mar a dhèiligeas tu ris an t-seata, faodaidh tu a dhol air adhart leis an t-suidheachadh seo. Pembuatan sesaji ini dilakukan oleh airson wanita nga rumah massing-masing. Sedang orang laki-laki mempersiapkan pelaksanaan upacara and mengikuti jalannya upacara nga Sebatur. Secara rianachd yang terlihat Iangsung adalah kepala Dusun Kalibuko I dhe II sebagai pelaksana coordinator. Sedangkan perangkat Desa Kalirejo sebagai Tamu undangan.

Peirsis Pelaksanaan Saparan Kalibuko
Lima hari menjelang puncak upacara masyarakat Desa Kalibuko mengganti pagar yang mengitari rumpun bambù yang disebut pring gedhe, serta ballihkan tempat uppacara. Nga awali dengan doa permohonan selamat yang dilakukan oleh sesepuh desa dan nga sertai dengan pembakaran kemenyan. Kemudian Pelaksanaan Penggantian Pagan Lama Dan Perbaikan Serta Anëtarsihkan Iingkungan Pring Gedhe. Setelah selesai kemudian dilanjutkan dengan anëtarëihkan komplek atau lingkungan Sebatur yang akan dipakai sebagai tempat uppacara. Tha an suidheachadh seo air a dhèanamh leis an t-Sebatur, a’ dèanamh cinnteach gu bheil an t-ainm a’ dol air adhart gu bhith na phàirt den t-seòrsa seo de dhaoine a tha a’ fuireach an-dràsta agus a’ faighinn thairis air an dà chuid Desa Kalibuko II tempat kanksaturam. Setelah semuanya selesai maka per warga desa yang mempersiapkan tersebut kembali ke rumah massing-masing.

Feuch an cuidich thu le bhith ag adhartachadh an artaigil no an earrann seo le bhith ga leudachadh. Alat-alat tersebut sebelum dipakai disimpan nga rumah kepala Dusun Kalibuko II.

-Malam hari menjelang puncak upacara warga dusun Kalibuko I dan Kalibuko II yang menganut agama Islam, melaksanakan tahlilan û tirakatan bertempat agus Sebaturit. Sedangkan pingaut agama selain Islam, dìreach tetap tinggal nga rumah dengan melakukan doa menurut agama û kepercayaan mereka massing-masing, selain itu mereka juga bertugas mempersiapkan keperluan yang akan dipakaya pada pagi harin. Tahlilan û tirakatan ini overlonging sampai menjelang pagi hari, dengan tujuan untuk memohon keselamatan kepada Tuhan agar pelaksanaan Saparan pada pagi harinya dapat berjalan lancar û seluruh warga Kalibuko selalu mendapat nindung.

( Samung )

Geàrr-chunntas:
Sunjata Pantja Wahyudi, 1999/2000, Saparan Kalibuko Simbolic Machine Tradition, Jakarta, Kekudayaan Pengembangan Media Project Stiùiriche Coitcheann Roinn Kebudayaan

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak